Ihya Ulumuddin

Ihya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa (Tazkiyatun Nafs) yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam Al-Ghazali.

Kitab tersebut tersebar ke mana-mana. Membumi di dunia bagian Asia dan Barat. Menyentuh rasa semua manusia, bersemai di hati, dan bahkan mendarah daging sehingga lahirlah sufi besar bermanhajkan zuhud atau jalal di mana-mana.

KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG KITAB IHYA ULUMUDDIN

Syekhul Islam Abdur Rahim al-Iraqi misalnya, dengan bahasa yang sastrawi, ulama muhaddist ini berucap tentang kitab ini, “Di antara kitab terbesar untuk mengenal halal dan haram adalah Ihya Ulumuddin, di dalamnya terkumpul hukum-hukum zahir, pula condong pada saroir (rahasia-rahasia) yang memiliki pemahaman halus dan teliti, tidak terbatas hanya pada hukum furu’ (cabang) dan masail (problem), tidak berlayar di tengah hutan sehingga kesusahan hendak kembali ke pantai, tetapi mengumpulkan dua ilmu zahir dan batin, makna-maknanya tumbuh di tanah tersubur, kata-kata dan barisannya bersusun indah, bertipikal moderat, mengikuti titahnya Ali Karromahulloh wajhahu; sebaik-baik umat ini adalah yang bertipikal moderat dan mereka diikuti oleh generasi berikutnya, mereka memiliki nilai yang sangat mahal”.

Sayyid Kutub Habib Abdullah ibn Abu Bakar Al-Aydrus berkata di dalam kitab al-Manhaj al-Sawi karya Habib Zain ibn Ibrahim ibn Smith, “Seandainya Allah Swt membangkitkan orang yang sudah meninggal, niscaya mereka akan berwasiat kepada orang yang masih hidup untuk selalu mengamalkan isi yang ada di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin. Aku bersaksi dengan nama Allah Swt barang siapa yang mempelajari dan mengamalkan isi kitab Ihya’ Ulumuddin, maka dia akan memperoleh rahasia kitab tersebut dan termasuk orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah.”

Dijelaskan di dalam kitab Syarh al-‘Ainiyah, karya Habib Ahmad ibn Zain Al-Habsy bahwa Imam An-Nawawi mengatakan, “Hampir saja posisi Ihya’ Ulumuddin menandingi al-Quran” dan Syekh Al-Kazaruni di dalam kitab yang sama menyampaikan, “Seandainya seluruh ilmu di dunia ini hilang, maka masih bisa dikeluarkan dari kitab Ihya’ Ulumuddin.”

Al-‘Arif Billah Habib Ali ibn Abu Bakar ibn Syekh Abdurrahman Assegaf dalam kitab al-Fawaid al-Mukhtarah karya Habib Ali Hasan Baharun menjelaskan, “Seandainya orang kafir mau melihat dan membaca kitab Ihya’ Ulumuddin, maka pasti dia akan masuk Islam.”

Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad pengarang Ratibul Haddad berpesan, “Orang yang baru menuntut ilmu seharusnya mempelajari kitab-kitabnya Imam Al-Ghazali sesuai dengan kemampuannya. Jika dia pemula, maka bacalah kitab al-Bidayah al-Hidayah, setelah itu berlanjut kepada kitab al-Arbain al-Ashli. Kemudian kitab Minhaj al-‘Abidin dan bila dia ingin pengetahuan yang mendalam dan memahami akan intisari dari seluruh ilmu, maka bacalah kitab Ihya’ Ulumuddin.”[]